Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Pertama

materi wag dirosah

🌐 WAG Dirosah Islamiyah

Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 SENIN
| 14 Rajab 1441 H
| 09 Maret 2020 M

🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

🔈 Audio ke-26
📖  Poin-Poin Beriman Kepada Allah Yang Terkandung Di Dalam QS Al-Hashr Ayat 22 sampai 24 Bagian Pertama
DOWNLOAD
~•~•~•~•~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وَأَصْحَابِهِ  ومن وَالَاه

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah.

Setelah kita mendengarkan bersama penjelasan secara singkat dari ayat kursi yang dibawakan oleh beliau yang berisi tentang ma’rifatullah (mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala) baik Rububiyyahnya, Uluhiyyahnya maupun nama dan juga sifat.

In sya Allah kita akan lanjutkan pada ayat berikutnya yaitu surat Al-Hashr, yang dibawakan oleh mualif (pengarang)

Beliau mengatakan setelahnya:

ونؤ من بأنه :

Dan kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman bahwasanya Dia (Allah Subhanahu wa Ta'ala)

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِی لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۖ عَـٰلِمُ ٱلۡغَیۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ ٱلرَّحِیمُ۞ هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِی لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَـٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَیۡمِنُ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا یُشۡرِكُونَ ۞ هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَـٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَاۤءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ یُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡحَكِیمُ ۞

In sya Allah, akan kita jelaskan dan kita berikan penafsiran secara ringkas terhadap beberapa ayat di akhir surat Al-Hashr ini, yang menunjukkan tentang iman kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

هُوَ ٱللَّهُ

"Dia-lah Allah.”

ٱلَّذِی لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۖ

"Yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.”

Maka di sini ada penyebutan lafdzul Jalallah yaitu Allah yang artinya adalah Al-Ma'bud bil Haq (yang berhak untuk disembah yang berhak untuk diibadahi dengan benar) karena Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam semesta.

ٱلَّذِی لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۖ

"Yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia.”

Ini menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah satu-satunya yang memiliki sifat Uluhiyyah tidak ada yang berhak untuk disembah dan diibadahi kecuali Allah.

Ini berkaitan dengan iman kita kepada Allah, karena termasuk iman kita kepada Allah adalah mengimani bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.

Kemudian Allah mengatakan:

عَـٰلِمُ ٱلۡغَیۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِۖ

Dia-lah yang mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nyata.

Di antara sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah عَـٰلِمُ ٱلۡغَیۡبِ - mengetahui perkara yang ghaib. Dan yang dimaksud dengan ghaib di sini adalah ghaib al-mutlaq,

Karena para ulama menjelaskan ghaib itu ada dua. Yaitu:

⑴ Ghaib Mutlaq
⇒ Ghaib mutlaq tidak mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

⑵ Ghaib Nisbi
⇒ Ghaib yang diketahui sebagian makhluk dan tidak diketahui oleh sebagian yang lain.

Keberadaan kita atau keberadaan saya di sini  menurut sebagian orang adalah perkara yang ghaib karena saya berada di sebuah tempat dan mereka di tempat yang lain.

Tapi menurut sebagian yang lain bukan perkara yang ghaib (misalnya) petugas yang ada di studio, mereka mengetahui keberadaan saya.

Berarti ada sebagian makhluk yang mengetahui dan ada sebagian makhluk yang tidak mengetahui. Ini dinamakan ghaib nisbi (ghaib menurut sebagian orang).

Adapun ghaib mutlaq maka semua makhluk tidak mengetahui perkara ghaib tersebut.

Misalnya, apa yang akan terjadi besok, tidak ada seorang makhluk pun mengetahui kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah mentakdirkan segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya, bahkan Allah menuliskan segala sesuatu tersebut dengan sangat sempurna dan lengkap. Tidak terjadi sesuatu di permukaan bumi kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala Maha Mengetahui sebelum terjadinya.

عَـٰلِمُ ٱلۡغَیۡبِ

Dia-lah yang mengetahui perkara yang ghaib maksudnya adalah ghaib yang mutlaq.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan di dalam ayat lain:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ

"Katakanlah tidak mengetahui siapapun yang ada di langit dan yang ada di bumi perkara yang ghaib kecuali Allah.” [QS An-Naml:65]

Yang ada di langit seperti para malaikat, mereka tidak mengetahui perkara yang ghaib, yang ada di bumi seperti manusia dan jin,  tidak mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah.

Maka keyakinan seorang muslim bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia-lah عَـٰلِمُ ٱلۡغَیۡبِ (Dia-lah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib) tidak ada yang mengetahui perkara yang  ghaib kecuali Allah.

Seorang nabi mengetahui perkara yang ghaib karena dia diberitahu oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (asalnya dia tidak tahu). Sebagian ilmu ghaib diberitahukan kepada seorang nabi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

عَـٰلِمُ ٱلْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِۦٓ أَحَدًا ۞ إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولࣲ

"Dia-lah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengetahui yang ghaib maka Allah tidak menampakkan (memberi tahu) perkara yang ghaib ini kepada siapapun kecuali manusia yang Allah ridhai dari kalangan para rasul." [QS Al-Jinn : 26-27]

Allah tidak menampakkan (memberi-tahu) perkara yang ghaib ini kepada siapapun kecuali manusia yang Allah ridhai dari kalangan para rasul, itupun sebagian kecil saja dari ilmu ghaib.

Oleh karena itu barangsiapa yang meyakini bahwasanya di sana ada yang mengetahui ilmu yang ghaib selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Dia telah mendustakan ayat-ayat Allah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan tidak ada yang mengetahui ilmu yang ghaib kecuali Allah.

Kalau dia mengatakan ada yang mengetahui selain Allah maka dia telah mendustakan firman Allah Azza wa Jalla.

Nabi shallallalahu 'alayhi wa sallam ketika beliau mengabarkan tentang orang yang mendatangi tukang ramal atau seorang dukun kemudian orang tersebut membenarkan apa yang diucapkan tukang ramal tersebut.

Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian dia membenarkan apa yang diucapkan oleh tukang ramal tersebut dan meyakini bahwasanya dia mengetahui ilmu ghaib. Maka sungguh dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.”

Maka keyakinan kita sebagai seorang muslim tidak ada yang mengetahui ilmu ghaib yang mutlaq kecuali Allah.

Adapun yang dilakukan oleh sebagian, yang memperkirakan bahwasanya sore nanti akan turun hujan atau hari ini akan hujan, berdasarkan apa yang mereka lihat dan berdasarkan arah angin dan juga memperkirakan hujan dengan melihat keadaan udara dan seterusnya. Maka hal ini bukan termasuk usaha untuk mengetahui ilmu yang ghaib.

Dia bisa mengatakan demikian karena mereka melihat tanda-tanda yang merupakan sunnah kauniyyah.

√ Kalau keadaannya demikian maka akan terjadi hujan.
√ Kalau keadaannya demikian maka angin akan kencang dan seterusnya.

Dan ini bukan termasuk mengetahui ilmu yang ghaib, karena dia bisa mengatakan demikian karena melihat sunnah kauniyyah yang selama ini Allah Subhanahu wa Ta'ala lakukan di alam semesta ini.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In syaa Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

════ ❁✿❁ ════

Post a Comment

0 Comments